Lalu apakah toxic atau racun yang terdapat dalam organisasi atau di perusahaan ini? Seperti di ketahui bersama, bahwa organisasi atau perusahaan merupakan sebuah lingkungan social yang terbentuk dan terdiri dari para anggota maupun karyawannya yang memiliki tujuan bersama. Oleh karena itu, toxic yang terdapat dalam sebuah organisasi ini, sudah tentu dibawa oleh individu-individu dalam organisasi itu sendiri, atau karyawan dalam sebuah perusahaan. Karyawan semacam inilah yang disebut sebagai Toxic employee oleh Antonio Dio Martin dalam buku terbarunya. Garis polisi ‘dilarang melintas’ berwarna kuning melintang di cover buku tersebut memberikan pemahaman semiotika tentang cara untuk mengenali dan menghadapi karyawan yang telah menjadi toxic dalam perusahaan.
Toxic employee alias karyawan beracun sepertinya terdengar menakutkan bagi pembaca. Anthony terkesan sengaja membangun image menakutkan agar pembaca tertarik membaca buku ini dari awal. Pasalnya, terlambat sedikit saja menangani para toxic employee memang bisa berdampak menakutkan bagi perusahaan. Seperti halnya membiarkan residu kanker berkembang dalam tubuh manusia.
Seperti halnya sifat racun. Racun itu membunuh pelan-pelan tapi pasti. Begitu pula karakter karyawan yang beracun bisa membunuh organisasi secara perlahan-lahan. Toxic employee bisa menjangkit pada siapa-pun orangnya. Karena karayawan yang paling berprestasi pun bisa termasuk kategoti toxic employee, dan sebaliknya seorang karyawan yang bodoh dan pemalas pun belum tentu menjadi seorang toxic employe. Bahkan, bukan tak mungkin seorang pemimpin atau manajer sekalipun juga menjadi seorang toxic leader.
Sesungguhnya, siapa saja karyawan disebut beracun tersebut? Lalu, racun apa saja inidkasinya dan seberapa bahayanya? Dalam bukunya, Anthony membagi cirri-ciri karyawan beracun tersebut menjadi tujuh cirri. Cirri – ciri tersebut adalah: Negaholic dan Pesimis; Menyedot Energi Tim; Menjadi Masalah, bukan solusi; Self Centered; Emosional; Suka Menggosip; dan tidak bisa bersyukur.
Sebagai salah satu contohnya adalah Toxic employee nagaholic dapat diilustrasikan dengan tokoh kartun yang cukup dikenal dengan karakter pesimisnya, Eeyore, si keledai pesimis sahabat winie and the pooh. Saking pesimis dan negative, dengarlah komentar Eeyore terhadap pantulan mukannya sendiri, “Menyedihkan, lihat mukamu.” Menurut Anthony, orang negaholic dan pesimis adalah orang yang selalu mementahkan ide baru tanpa mau memecahkannya terlebih dahulu. Bagi mereka (toxic employee negaholic), bekerja tidak lengkap rasanya tanpa berpikir negative.
Dan salah satu pertanyaan menarik dalam pembahasan masalah toxic employee ini adalah mengenai asal usul si Toxic employee? Oleh Anthonio, asal-usul si Toxic employee ini datang dari ilmu Psikologi yang berdasarkan pada empat theory, yaitu, Theory pertama adalah Theory Nature mengatakan bahwa “kebiasaan buruk” toxic employee ini adalah bagian dari karakter yang sudah terbentuk sejak kecil.
Theory Kedua, teori Nurture mengatakan bahwa toxic employee ini terbentuk dari lingkungannya. Theory ketiga, yakni teori ember kosong, teori ini mengatakan bahwa biasanya mereka- mereka ini adalah orang yang mempunyai pengalaman buruk sehingga outputnya pun menjadi buruk.
Theory Keempat, mengatakan asal-muasal toxic employee adalah dari kondisi yang mendapatkan penguatan (reinforcement). Dengan perilakunya mereka, justru mereka mendapatkan tempat dan perhatian. Itulah sebabnya mereka mempertahankan sikap toxic mereka. Apalagi, jika sikap mereka bisa membuat mereka dipromosikan.
Seperti yang telah disebutkan diatas, efek yang sangat mematikan bisa dihasilkan oleh para toxic employee ini. Sesungguhnya ada banyak hal yang bisa dimatikan oleh mereka. Terutama jika mereka berada diposisi sebagai pimpinan. Mereka bisa mematikan kreativitas, antusiasme kerja juga mematikan etos kerja yang positif. Sebuah pepatah yang bagus mengatakan, “Nothing dies faster than a new idea in a close mind”. Begitulah yang akan terjadi jika ide-ide baru dihadapkan kepada para toxic employee. Mereka mudah mengatakan “tidak mungkin,” “Tidak ada gunanya,” ataupun “Mustahil”. Karena itulah ada pepatah cina lain yang mengatakan, “Jangan menuangkan teh panas ke dalam cangkir dengan teh dingin”, si Toxic employee ini dapat diibaratkan cangkir teh dingin yang sudah tidak memiliki lagi ‘uap’ semangat dan gairah untuk menerima ide yang baru dan inovatif.