Sabtu, 30 Mei 2009

KAPITALISME TIDAK DAPAT MEMBERIKAN ALASAN UNTUK HIDUP


Kapitalisme menciptakan peluang bagi hidup yang makmur dan terbentuknya perusahaan yang makmur, tetapi ini masih belum cukup. Menurut Charles Handy, personil dan perusahaan perlu mencari suatu maksud yang lebih besar bagi keberadaan mereka.

Hidup ini lebih dari sekedar mencari uang dan membeli sesuatu. Untuk menjadi kaya, guru tidak perlu menjadi guru. Para sukarelawan mencati imbalan yang tidak ada hubungannya dengan uang.

Namun, karena system kapitalis menggunakan uang untuk mengukur keberhasilan dan nilai, maka mencari uang telah menjadi sasaran puncak bagi kebanyakan orang, lembaga, dan bahkan masyarakat. Mereka akan segera menyadari bahwa itu saja tidak cukup.

Janji utama dari seluruh pemerintah yang baru adalah menjadikan warganya lebih kaya dari keadaan mereka saat ini. Yang menjadi asumsi, yang di anut oleh para pemilih adalah bahwa kekayaan yang lebih besar dengan sendirinya akan menjadikan hidup lebih bahagia.

Negara – Negara menetapkan peringkat untuk diri mereka sesuai dengan Product Nasional (GNP) yang di dasarkan atas harga aktivitas dan produk. Produk yang tidak mencakup upaya mencari uang di abaikan, seperti membesarkan anak.

Organisasi apapun, bukan hanya perusahaan tetapi juga sekolah. Organisasi relawan, dan rumah sakit. Hanya mencari “bottom line” (keuntungan akhir).

Yang menjadi mantera baru adalah menjalani segala sesuatu, bahkan hidup kita. “sama seperti bisnis” yang artinya mencari laba. Biarkan pasar yang mengatur segala sesuatunya. Disiplin pasar yang mendorong organisasi dan lembaga untuk mencari laba lenyap sama sekali, menciptakan masyarakat yang efisien.

Namun, apakah efisiensi selalu lebih baik? Rumah sakit yang mengeluarkan pasiennya yang sudah tua dan masih dalam keadaan sakit tentu dapat meningkatkan bottom line-nya tetapi hampir tidak dapat di anggap “efisien” atau “berhasil”. Sekolah dan lembaga kesejahteraan social juga memiliki mandate yang tidak terkait dengan permintaan pasar.

Pasar seringkali mendorong kreativitas dan inovasi. Namun, disiplinnya tidak sesuai. Mencari uang tidak selalu menunjukkan kepada kita hal benar yang harus di lakukan.

Efisiensi juga menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang berarti uang yang lebih banyak bagi siapa saja. Namun untuk apa uang tambahan itu harus di belanjakan?

Seringkali, pertumbuhan mendorong pertumbuhan yang tidak ada manfaatnya dan sia – sia. Konsumen saat ini membayar lebih untuk mesin cuci dengan dua belas setelan – tetapi yang di gunakan tetap hanya tiga saja.

Semakin lama konsumen membeli hanya untuk membeli. Pembelian seperti ini mungkin tidak menambah nilai pada kehidupan mereka atau bagi masyarakat, tapi siapa yang peduli? Yang penting angka – angka ekonominya kelihatan hebat.

Kapitalisme menciptakan kekayaan dan meningkatkan lehidupan lebih efektif ketimbang system ekonomi apapun lainnya.

Tetapi kapitalisme haruslah sarana, bukan tujuan. System ekonomi dari dirinya sendiri tidak dapat menetapkan maksud serta pedoman kehidupan atau masyarakat secara umum. Efisiensi ekonomi atau keuntungan ekonomi bukan merupakan alasan bagi keberadaan lembaga atau individu. Untuk itulah mereka harus memandang melampui ekonomi.

Fase – fase hidup yang lazim mulai dari perjuangan untuk bertahan hidup, hingga keakuan yang benar - dapat menyesatkan. Ralph Woldo Emerson mungkin yang terbaik yang pernah mengungkapkan impian keakuan yang benar sewaktu ia mendefinisikan keberhasilan sebagai.

“….Mendapat respek dari orang – orang yang cerdas dan mendapat kasih sayang dari anak – anak….; menghargai kecantikan, menemukan yang terbaik dalam diri orang lain, meninggalkan dunia dalam keadaan sedikit lebih baik, baik anak yang sehat, sepetak kebun, atau kondisi social yang dapat di pulihkan…”

Keakuan yang benar berlaku juga untuk perusahaan di samping bagi individu. Perusahaan membutuhkan suatu tujuan atau maksud di luar keuntungan agar dapat bertahan hidup untuk jangka panjang.

Karena jika perusahaan hanya ada untuk menghasilkan laba. Berarti perusahaan tidak lebih dari alat penghasil uang bagi pemiliknya. Perusahaan berarti tidak memiliki kepribadian yang menerap sifatnya atau tidak memiliki tujuan.

Hal ini jelas keliru. Perusahaan memiliki tujuan, menambah nilai. Perusahaan menambah nilai dengan menghasilkan sesuatu yang tidak ada di sana sebelumnya atau, jika sudah ada di sana, membuatnya lebih murah lebih baik, atau tersedia bagi lebih banyak orang.

Microsoft menjadikan Bill Gates sebagai salah seorang terkaya di dunia. Namun tujuan Microsoft bukan untuk memenuhi pundi – pundi Gates. Microsoft berhasil karena perusahaan tersebut membantu menjadikan hidup manusia lebih baik melalui piranti lunaknya. Milyaran dollar yang di dapat Gates hanyalah akibat – samping dari keberhasilan tersebut. Walaupun memang saat ini contoh Microsoft dalam memberikan manfaat kepada masyarakat di rasa telah tidak sesuai lagi dengan kehadiran Open Source (Linux) yang lebih murah,dan bermanfaat. Namun contoh keberhasilan microsoft di masa lalu masih tetap di anggap relevan.

Keberhasilan Microsoft bukan hanya di karenakan oleh tujuannya. Hal itu juga di karenakan oleh semangat kerja yang luar biasa serta kreativitas para karyawannya. Banyak dari mereka yang telah menjadi jutawan, namun tetap bekerja di Microsoft. Alasannya karena senang kepada pekerjaan mereka.

Perusahaan perlu mencapai keabadian agar tetap eksis untuk selama – lamanya. Namun perusahaan hanya bisa abadi apabila perusahaan tersebut tetap eksis, layak mendapat tempat dalam masyarakat modern.

Untuk itu, perusahaan harus mementingkan diri sendiri secara benar. Perusahaan harus memandang jauh melampui laba sebagai sasaran dan menemukan maksud atau tujuan yang lebih besar. Tujuan social ini, yang bukan tujuan ekonomi, harus di definisikan melalui orang lain – bukan hanya pelanggan, tetapi juga karyawan di dalam perusahaan dan dunia di luarnya.

MASYARAKAT YANG LEBIH BAIK; Pemerintah Harus Mengilhami Tanggung Jawab

Dalam suatu masyarakat yang layak, semua lembaga, termasuk lembaga pemerintah dan pendidikan, akan membantu orang menjalani hidup keakuan yang benar.

Pemerintah yang demokratis sudah lama menyadari peran mereka dalam membantu masyarakat yang dirugikan menjalani hidup yang lebih baik. Namun, pemerintah gagal membantu masyarakat memikul tanggung jawab atas hidup mereka sendiri.

Keakuan yang benar didasarkan atas gagasan bahwa kita memikul tanggung jawab untuk berbuat yang terbaik dari hidup kita melalui orang lain. Menunggu “uluran” tangan pemerintah sama sekali bukan keakuan yang benar.

Pemerintah harus membantu masyarakat memenuhi tanggung jawab mereka, bukan meniadakan tanggung jawab tersebut!

Peran pemerintah adalah menyediakan infrastruktur kehidupan dalam masyarakat. Infrastruktur ini terdiri dari:

Informasi – hak untuk mengetahui apa yang sedang berlangsung.

Keterlibatan – hak untuk ambil bagian dalam keputusan.

Individualitas – hak atas kebebasan dan perlindungan terntentu sebagai individu.

Di bidang perawat kesehatan misalnya, pemerintah harus menjamin masyarakat memiliki informasi dan pilihan dalam perawatan kesehatan dan bahwa hak perawatan kesehatan mereka terlindungi.

Pilihan menjadi kata kunci disini. Orang harus bertanggung jawab atas pilihan perawatan kesehatan yang mereka ambil, termasuk memilih rumah sakit dan dokter yang berbeda.

Di Negara – Negara yang memiliki perawatan kesehatan nasional, pemerintah dapat memberikan voucher kapada masyarakat – cek yang ditandatangani oleh pejabat wilayah – dan membiarkan mereka memilih penyedia mereka. System ini juga akan meningkatkan layanan karena pihak penyedia di paksa bersaing bagi pasien.

Sistem yang sama dapat diterapkan di bidang pendidikan, dimana voucher memungkinkan orang memilih sekolah atau universitas.

Tidak ada komentar: